Ardiansyah
KONSEP MANAJEMEN DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN DARI BEBERAPA AHLI
Pengertian
Manajemen
Kata
Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan
diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan
manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini
berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen
sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif
dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan,
sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Kata
manajemen mungkin berasal dari bahasa
Italia (1561) maneggiare
yang berarti “mengendalikan,” terutamanya “mengendalikan kuda” yang berasal
dari bahasa latin manus yang berarti “tangan”. Kata ini mendapat
pengaruh dari bahasa Perancis manège yang berarti “kepemilikan kuda”
(yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana
istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia. Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari
bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur. (http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen)
Sedangkan
secara terminologis, manajemen berarti kemampuan atau keterampilan untuk
memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan (Siagian, sebagaimana
dikutip Imron, 1985). Manajemen juga berarti segenap perbuatan menggerakkan
sekelompok orang atau mengerahkan segala fasilitas dalam suatu usaha kerja sama
untuk mencapai tujuan (The Liang Gie, sebagaimana dikutip Imron, 1985).
Manajemen
dapat juga didefinisikan sebagai suatu proses sosial, yang direncanakan untuk
menjamin kerjasama, partisipasi, intervensi dan keterlibatan orang lain dalam
mencapai sasaran tertentu atau yang telah ditetapkan dengan efektif (Sukiswa,
1986:13). Manajemen sebagai proses sosial, meletakkan bobotnya pada interaksi
orang-orang baik orang-orang yang berada di atas maupun di luar lembaga-lembaga
formal, atau yang berada di atas maupun di bawah posisi operasional seseorang.
Menurut Asmani (2009:70), manajemen diartikan sebagai proses merencanakan,
mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala
aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
Ada
yang mendefinisikan manajemen adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara
bersama-sama oleh dua orang atau lebih yang didasarkan atas aturan tertentu
dalam rangka mencapai suatu tujuan (Imron, 1995:6). Setelah menelaah berbagai
jenis pengertian manajemen, maka dapat di simpulkan bahwa yang dimaksud dengan
manajemen adalah suatu proses penataan dengan melibatkan sumber-sumber
potensial baik yang bersifat manusia maupun non manusia dalam rangka mencapai
tujuan secara efektif dan efisien. Beberapa unsur yang terdapat dalam
pengertian ini adalah:
- Adanya suatu proses, yang
menunjukkan bahwa ada tahapan-tahapan tertentu yang harus dilakukan jika
seseorang melakukan kegiatan manajemen.
- Adanya penataan, yang berarti
bahwa makna dari manajemen sesungguhnya adalah penataan, pengaturan atau
pengelolaan.
- Terdapatnya sumber-sumber
potensial yang harus dilibatkan, baik sumber potensial yang bersifat
manusiawi maupun yang bersifat non manusiawi. Tetapi, titik tekan
pelibatan tersebut lebih banyak ke sumber potensial yang bersifat
manusiawinya. Sebab, terlibat dan tertatanya sumber-sumber potensial yang
bersifat manusiawi, akan dengan sendirinya menjadikan tertatanya sumber
potensial yang bersifat non manusiawi.
Di dalam manajemen terdapat suatu proses yaitu
tahapan-tahapan tertentu. Proses tersebut telah banyak dikedepankan oleh para
ahli, meskipun dengan menggunakan berbagai macam label, misalnya fungsi-fungsi
manajemen dan abstraksi-abstraksi manajemen. Para pakar manajemen di era
sekarang, banyak mengabstraksikan menjadi 4 proses, yaitu planning,
organizing, actuanting, dan controlling. Empat proses ini lazim
digambarkan dalam bentuk siklus, karena setelah langkah controlling, lazimnya
dilanjutkan dengan membuat planning baru.
Pengertian
Manajemen Pendidikan
Dalam
pendidikan, manajemen itu dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan
sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam suatu usaha mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya (Pidarta, 1988:4). Sedangkan
menurut Mulyasa (2007), manajemen pendidikan merupakan proses pengembangan
kegiatan kerja sama sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan. Engkoswara dalam Asmani (2009:76) mengemukaan bahwa manajemen
pendidikan dalam arti seluas-luasnya adalah suatu ilmu yang mempelajari
bagaimana menata sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
produktif dan bagaimana menciptakan suasana yang baik bagi manusia yang turut
serta di dalam mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Lebih lanjut
dikemukakan bahwa penataan mengandung makna mengatur, memimpin, mengelola atau
mengadministrasikan sumber daya yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan pembinaan. Sumber daya terdiri dari sumber daya manusia (peserta
didik, pendidik, dan pemakai jasa pendidikan), sumber belajar, dan kurikulum
(segala sesuatu yang disediakan lembaga pendidikan).
Dengan kata lain manajemen pendidikan
merupakan suatu sistem pengelolaan dan penataan sumber daya pendidikan, seperti
tenaga kependidikan, peserta didik, masyarakat, kurikulum, dana (keuangan),
sarana dan prasarana pendidikan, tata laksana dan lingkungan pendidikan.
Sehingga dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen
pendidikan adalah suatu proses penataan kelembagaan pendidikan dengan
melibatkan sumber-sumber potensial, baik yang bersifat manusia maupun yang
bersifat non manusia dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang efektif dan
efisien Dari segi proses, manajemen di bidang apapun, hampir tidak berbeda,
karena senantiasa dimulai dengan perencanaan dan diakhiri dengan pengawasan.
Yang senantiasa membedakan antara manajemen bidang satu dengan bidang yang lain
adalah aspek subtansinya, atau bidang garapannya. Berarti, yang membedakan
antara manajemen pendidikan dengan manajemen ekonomi atau layanan publik yang
lain, bukan pada aspek prosesnya melainkan pada aspek subtansinya. Menurut Tim
Pakar Manajemen Pendidikan (2003) yang menjadi subtansi manajemen pendidikan
adalah,
- Kurikulum dan pembelajaran
- Peserta didik
- Tenaga kependidikan
- Sarana dan prasarana
- Partisipasi Masyarakat.
Seiring dengan dinamika perkembangan di bidang ini,
label-label yang dikenakan pada masing- masing subtansi tersebut juga
berkembang. Sebagai contoh, kurikulum dan pembelajaran pernah mendapatkan lebel
kurikulum dan pengajaran dan program pendidikan. Pada latar pendidikan pra
sekolah, kerap di beri label manajemen kurikulum dan kegiatan belajar. Peserta
didik pernah mendapatkan lebel kesiswaan dan kemuridan. Pada latar pendidikan
pesantren lazim juga disebut manajemen santri, sedangkan pada latar pendidikan
pra sekolah lazim dikenal dengan manajemen anak didik, sesuai ketentuan yuridis
(Peraturan pemerintah Nomor 27 tahun 1990). Sedangkan pada latar Perguruan
tinggi, lazim dikenal dengan kemahasiswaan.
Tenaga kependidikan lazim juga mendapatkan label personalia,
personel, kepegawaian, ketegaan dan sumber daya manusia. Dalam latar institusi
persekolahan, tenaga kependidikan tersebut terdiri atas guru dan non guru.
Sarana dan prasarana lazim juga mendapatkan label fasilitas, peralatan, gedung,
perlengkapan, material dan piranti belajar. Keuangan pernah mendapatkan lebel
pembiayaan dan anggaran. Sedangkan hubungan lembaga pendidikan dengan
masyarakat juga pernah mendapatkan label hubungan sekolah dengan masyarakat dan
manajemen partisipasi masyarakat.
Para pakar manajemen pendidikan sendiri, sesuai dengan yang
kerap dimuat dalam literatur manajemen pendidikan, mengedepankan subtansi
manajemen pendidikan dengan rumusan yang berbeda-beda juga. Ini disebabkan oleh
berbedanya sudut pandang yang mereka punyai dan hasil amatan yang berbeda pada
berbagai objek pendidikan yang mereka kaji.Begitu juga para manajer (praktisi),
ketika mengelompokkan subtansi tersebut juga bisa berbeda-beda.
Pengertian
Manajemen Layanan Khusus
Manajemen
layanan khusus di suatu sekolah merupakan bagian penting dalam Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) yang efektif dan efisien. Sekolah merupakan salah satu
sarana yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dari penduduk bangsa
Indonesia. Sekolah tidak hanya memiliki tanggung jawab dan tugas untuk
mlaksanakan proses pembelajaran dalam mengembangkan ilmu penegetahuan dan
teknologi saja, melainkan harus menjaga dan meningkatkan kesehatan baik jasmani
maupun rohani peserta didik. Hal ini sesuai dengan UUSPN bab 11 Pasal 4 yang
memuat tentang adanya tujuan pendidikan nasional.
Untuk
memenuhi tugas dan tanggung jawab tersebut maka sekolah memerlukan suatu
manajemen layanan khusus yang dapat mengatur segala kebutuhan peserta didiknya
sehingga tujuan pendidikan tersebut dapat tercapai. Manajemen layanan khusus di
sekolah pada dasarnya ditetapkan dan di organisasikan untuk mempermudah atau
memperlancar pembelajaran, serta dapat memenuhi kebutuhan khusus siswa di
sekolah. Pelayanan khusus diselenggarakan di sekolah dengan maksud untuk
memperlancar pelaksanaan pengajaran dalam rangka pencapain tujuan pendidikan di
sekolah. Pendidikan di sekolah antara lain juga berusaha agar peserta didik
senanatiasa berada dalam keadaan baik. Baik disini menyangkut aspek jasmani
maupun rohaninya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen
layanan khusus adalah suatu proses kegiatan memberikan pelayanan kebutuhan
kepada peserta didik untuk menunjang kegiatan pembelajaran agar tujuan
pendidikan bisa tercapai secara efektif dan efisien.
Jenis-jenis
Layanan Khusus di lembaga pendidikan
Pelayanan
khusus yang diberikan sekolah kepada peserta didik, antar sekolah satu dengan
sekolah lainnya pada umumnya sama, tetapi proses pengelolan dan pemanfaatannya
yang berbeda. Beberapa bentuk manajemen layanan khusus yang ada di sekolah
antara lain:
Layanan
Perpustakaan Peserta Didik
Perpustakaan
mempunyai arti penting sebagai pusat sumber belajar dan sumber informasi bagi
peserta didik. Perpustakaan juga dipandang sebagai kunci bagi ilmu pengetahuan
dan inti setiap proses belajar mengajar (Imron, 1995:184). Perpustakaan
dimanfaatkan peserta didik untuk mengembangkan dan mendalami pengetahuan yang
diperolehnya di kelas melalui belajar mandiri.
Menurut
Supriyadi (1983) dalam buku Manajemen Peserta Didik oleh Ali Imron
mendefinisikan perpustakaan sekolah sebagai perpustakaan yang diselenggarakan
di sekolah guna menunjang program belajar mengajar di lembaga pendidikan formal
seperti sekolah, baik sekolah tingkat dasar maupun menengah, baik sekolah umum
maupun kejuruan. Selain itu, perpustakaan sekolah adalah salah satu unit
sekolah yang memberikan layanan kepada peserta didik di sekolah sebagai sentra
utama, dengan maksud membantu dan menunjang proses belajar mengajar di sekolah,
melayani informasi-informasi yang dibutuhkan serta memberikan layanan rekreatif
melalui koleksi bahan pustaka (Imron, 1995:187). Dari definisi-definisi
tersebut tampaklah jelas bahwa perpustakaan sekolah merupakan suatu unit
pelayanan sekolah guna menunjang proses belajar mengajar di sekolah.
Adapun
tujuan perpustakaan sekolah yakni untuk mempertinggi daya serap peserta didik
terhadap materi-materi pelajaran yang diajarkan di sekolah (Imron, 1995:187).
Fungsi-fungsi perpustakaan sekolah berdasarkan tujuannya yakni sebagai pusat
belajar mengajar, sebagai pusat penelitian dan telaah pustaka, sebagai pusat
ilmu pengetahuan, sebagai pusat rekreasi, dan sebagai pusat apresiasi dan
kreasi. Ada dua jenis layanan perpustakaan kepada peserta didik, yaitu
pelayanan sirkulasi dan pelayanan referensi.
Layanan
Kesehatan Peserta Didik
Salah
satu bentuk layanan khusus sekolah adalah tersedianya unit Kesehatan Sekolah
(UKS) yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik untuk mengecek maupun
berkonsultasi tentang kesehatan mereka. Menurut Jesse Ferring William pada buku
Pengelolaan Layanan Khusus Di sekolah oleh Kusmintardjo (1992) mendefinisikan
layanan kesehatan adalah sebuah klinik yang didirikan sebagai bagian dari
Universitas atau sekolah yang berdiri sendiri yang menentukan diagnosa dan
pengobatan fisik dan penyakit jiwa dan dibiayai dari biaya khusus dari
semua siswa. Selain itu layanan kesehatan juga dapat diartikan sebagai usaha
sekolah dalam rangka membantu (mungkin bersifat sementara ) murid-muridnya yang
mengalami persoalan yang berkaitan dengan kesehatan.
Dengan
demikian dapatlah dikatakan bahwa layanan kesehatan peserta didik adalah suatu
layanan kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah dan menjadikan peserta
didik sebagai sasaran utama, dan personalia sekolah yang lainnya sebagai
sasaran tambahan (Imron, 1995:154) Maksud diadakannya layanan kesehatan adalah
tercapainya keadaan kesehatan peserta didik beserta lingkungannya secara
optimal sehingga dapat memberikan kondisi yang baik untuk belajar, tumbuh dan
berkembang secara optimal. Guna mencapai tujuan tersebut, beberapa jalan yang
dapat ditempuh oleh sekolah adalah:
- Menanamkan hidup sehat kepada
peserta didik dan mendorong kepada guru dan personalia sekolah memberikan teladan
hidup sehat
- Mencegah dan memberantas
penyakit
- Memperbaiki dan memulihkan
kesehatan melalui usaha-usaha seperti: pengobatan ringan, imunisasi dan
vaksinasi, peningkatan dan perbaikan gizi, penanaman hidup sehat,
memperlibatkan guru dalam keseluruhan usaha kesehatan peserta didik.
Agar layanan kesehatan peserta didik di sekolah mencapai
maksud sebagaimana yang telah diinginkan, diperlukan kerja sama yang baik
antara sekolah dengan lembaga-lembaga instansi-instansi yang menangani
kesehatan seperti rumah sakit, poliklinik,dan petugas kesehatan. Di
samping itu perlu juga bekerja sama dengan orang tua dan masyarakat, karena
sebagian besar waktu peserta didik bukanlah di sekolah melainkan di lingkungan
keluarga dan lingkungan masyarakat. Keluarga dan masyarakat akan banyak
memberikan pengaruh terhadap peserta didik termasuk dalam hal kesehatan.
Pada
dasarnya tujuan layanan kesehatan sekolah adalah,
- Mengikuti perkembangan dan
pertumbuhan anak didik
- Mengetahui gangguan/kelainan
kesehatan sedini mungkin
- Pencegahan penyakit menular
- Pengobatan secepat-cepatnya
- Rehabilitasi
Sedangkan
fungsi layanan kesehatan di sekolah adalah,
- Menafsirkan keadaan kesehatan
siswa dan pegawai sekolah
- Menasehati murid dan orang tua
- Memberikan semangat dan
menyembuhkan penyakit
- Membantu dalam pendidikan
anak-anak
- Membantu mencegah dan
mengkontrol penyakit
- Memberikan layanan darurat
untuk luka atau penyakit yang datang tiba-tiba..
Layanan
Bimbingan dan Konseling Peserta Didik
Bimbingan
konseling merupakan layanan yang dapat digunakan peserta didik untuk
berkonsultasi tentang masalah yang dialami peserta didik. Bimbingan adalah
suatu proses bantuan yang diberikan kepada sesorang kepada orang lain agar
orang yang dibantu tersebut dapat mengenal lebih dekat mengenai dirinya sendiri
dengan segala kompleksitas masalahnya, selanjutnya pengenalan atas dirinya
sendiri demikian dapat dijadikan sebagai titik tolak untuk mengembangkan diri
dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam hidupnya dengan demikian ia akan
sejahtera dalam hidupnya. Sedangkan bimbingan di sekolah merupakan bantuan
kepada peserta didik oleh seorang guru BK agar lebih mengenal dirinya dan
kompleksitas permasalahan yang dihadapi.
Konseling
adalah usaha yang secara langsung berkenaan dengan masalah-masalah klien,
sementara bimbingan lebih diaksentuasikan kepada bantuan terhadap klien.
Konseling ditujukan terutama kepada individu bermasalah, sementar bimbiangan
ditujukan kepada semua individu baik yang bermasalah maupun individu yang tidak
bermasalah. Konseling adalah salah satu kegiatan bimbingan. Bahkan ada ahli
yang menyatakan bahwa konseling adalah salah satu metode atau teknik bimbingan.
Konseling diberikan kepada siswa ketika ada siswa yang menbutuhkan pelayanan
yang lebih lanjut.
Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan bimbingan dan
konseling adalah salah satu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada
individu pada umumnya dan siswa pada khususnya di sekolah dalam rangka
meningkatkan mutunya. Tujuan bimbingan dan konseling secara umum adalah
membantu siswa mengenal bakat, minat, dan kemampuannya serta memilih dan
menyesuaikan diri dengan kesempatan pendidikan untuk merencanakan karier
yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Sedangkan tujuan secara khusus adalah
menbantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujaun perkembangan meliputi aspek
pribadi dan sosial, belajar, dan karier.
Layanan
Kafentaria Peserta Didik
Alasan
mengapa didirikannya kafentaria sekolah adalah agar para peserta didik tidak
kekurangan energi dalam belajar, yang lebih lanjut dapat mengurangi konsentrasi
belajar karena peserta didik banyak mengeluarkan aktivitas-aktivitas fisik.
Selain itu agar sekolah dapat mengkontrol seluruh konsumsi peserta didik di
sekolah dan bisa turut serta menjaga kebersihan dan kesehatan peserta didik.
Layanan
kafentaria adalah layanan makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh peserta
didik disela-sela mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah sesuai dengan
daya jangkau peserta didik. Makanan dan minuman yang tersedia di kafentaria
tersebut, terjangkau dilihat dari jumlah uang saku peserta didik, tetapi juga
memenuhi syarat kebersihan dan cukup kandungan gizinya. Tujuan layanan
kafentaria secara umum adalah tersedianya wahana bagi peserta didik untuk
memenuhi energinya pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Sedangkan
untuk tujuan khususnya, agar peserta didik mudah mendapatkan makanan dan
minuman yang terjamin kebersihan dan kesehatannya serta memadai kandungan
gizinya dan sesuai dengan daya jangkau uang sakunya. Selain itu juga bisa dijadikan
wahana untuk belajar dan memhami materi yang diajarkan, dan agar peserta didik
terhindar dari efek-efek negatif yang ditimbulkan akibat tersedianya
warung-warung di sekitar sekolah yang tidak terkontrol sekolah.
Layanan
Laboratorium Peserta Didik
Laboratorium adalah suatu tempat baik tertutup maupun
terbuka yang dipergunakan untuk melakukan penyelidikan, pecobaan, pemraktekan,
pengujian, dan pengembangan. Laboratorium sekolah adalah sarana penunjang
proses belajar mengajar baik tertutup maupun terbuka yang dipergunakan untuk
melaksanakan praktikum, penyelidikan, percobaan, pengembangan dan bahkan
pembakuan.
Tujuan layanan laboratoriun peserta didik adalah sebagai
layanan khusus yang diberikan sekolah kepada siswa untuk menunjang kegiatan
pembelajaran. Sedangkan tujuan secara khususnya adalah sebagai berikut:
- Menunjang penguasaan mata
pelajaran yang diajarkan guru.
- Memupuk keberanian pribadi
sesuai dengan hak dan hakekat kebenaran dalam segala aspek yang terdapat
dalam lingkungan hidupnya.
- Melatih dan mengembangkan
ketrampilan guru dan siswa dalam mengembangkan profesinya.
- Melatih serta membiasakan siswa
belajar secara inovatif baik secara individual maupun kelompok.
Adapun
fungsi laboratorium adalah sebagai berikut:
- Alat atau tempat untuk
menguatkan atau memberikan kepastian informasi.
- Alat atau tempat untuk
menentukan hubungan sebab dan akibat.
- Alat atau tempat untuk
membuktikan benar tidaknya (verivikasi) faktor-faktor atau gejala-gejala
tertentu.
- Alat atau tempat untuk
mempraktekkan apa sesuatu yang diketahui.
- Alat atau tempat untuk
mengembangkan ketrampilan.
- Alat atau tempat untuk
memberikan latihan.
- Alat atau tempat untuk
membentuk siswa belajar menggunakan metode omiah dalam pemecahan masalah.
- Alat atau tempat untuk
melanjutkan atau melaksanakan penelitian perseorangan atau kelompok.
Layanan
Koperasi Peserta Didik
Koperasi
sekolah adalah koperasi yang dikembangkan di sekolah, baik sekolah dasar,
sekolah menengah, maupun sekolah dan dalam pengelolannya melibatkan guru dan
personalia sekolah. Sedangkan koperasi peserta didik atau biasa disebut disebut
koperasi siswa (Kopsis) adalah koperasi yang ada di sekolah tetapi
pengelolaanya adalah oleh pesera didik, kedudukan guru di dalam Kopsis adalah
sebagai pembimbing saja.
Tujuan umum Kopsis adalah membentuk sifat kegotong-royongan
dan saling membantu di antara sesama peserta didik khususnya yang berada di
sekolah. Sedangkan tujuan khusus Kopsis adalah:
- Menanamkan rasa solidaritas
sosial di antara peserta didik di sekolah.
- Melatih hidup gotong royong.
- Mempertinggi rasa kekeluargaan
di antara para peserta didik.
- Untuk melatih peserta didik
berorganisasi.
- Untuk melatih peserta didik
menyimpan dan mengembangkan modal melalui koperasi.
- Menanamkan pengertian kepada
peserta didik akan arti pentingnya akumulasi dan penyaluran modal sehingga
modal tersebut tidak berhenti dan tercecer.
- Memberikan bantuan keada
peserta didik yang membutuhkan kredit.
Fungsi Kopsis secara umum adalah sebagai wahana pendidikan
koperasi kepada peserta didik. Lebih jauh lagi, fungsi Kopsis adalah
pembentukan kader-kader koperasi di dalam masyarakat.
Layanan
Keamanan Peserta Didik
Layanan
keamanan merupakan salah satu layanan yang penting dibutuhkan oleh peserta
didik karena rasa aman saat berada di sekolah akan berdampak pada proses
belajar peserta didik. Salah satu bentuk layanan keamanan adalah adanya satpam
sekolah
Kaitan
Manajemen Layanan Khusus dengan Sarana dan Prasarana
Sarana
dan prasarana pendidikan penting artinya guna menunjang kesuksesan pendidikan
di sekolah. Menurut Ali Imron dalam buku Perspektif Manajemen Berbasis Sekolah
oleh Tim Pakar Manajemen Pendidikan (2004), Sarana pendidikan adalah semua
piranti yang secara langsung dipergunakan dalam proses pendidikan di sekolah.
Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua piranti yang secara tidak langsung
dipergunakan dalam proses pendidikan di sekolah.
Menurut
Bafadal (2003:2), sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan,
dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah.
Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang
secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Dalam
hubungannya dengan sarana pendidikan, ada sejumlah pakar pendidikan yang
mengklasifikasikan menjadi beberapa macam sarana pendidikan yang ditinjau dari
berbagai macam sudut pandang. Pertama, ditinjau dari habis tidaknya dipakai,
ada dua macam sarana pendidikan, yaitu sarana pendidikan yang habis pakai dan
sarana pendidikan yang tahan lama. Kedua, ditinjau dari bergerak tidaknya, ada
dua macam sarana pendidikan, yaitu sarana pendidikan yang bergerak dan sarana
pendidikan yang tidak bisa bergerak. Ketiga, ditinjau dari hubungannya dengan
proses belajar mengajar ada dua jenis sarana pendidikan di sekolah, yaitu
sarana pendidikan yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar,
dan sarana pendidikan yang secara tidak langsung berhubungan dengan
proses belajar mengajar.
Sedangkan
prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan menjadi dua macam.
Pertama, prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses
belajar mengajar, seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik
keterampilan, dan ruang laboratorium. Kedua, prasarana sekolah yang
keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi secara
langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mangajar. Beberapa contoh
tentang prasarana sekolah jenis terakhir tersebut di antaranya adalah ruang
kantor, kantin sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang
usaha kesehatan sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah, dan tempat parkir
kendaraan.
Berdasarkan
uraian tentang sarana dan prasarana di atas, serta penjelasan mengenai layanan
khusus di sekolah pada pembahasan sebelumnya, dapat diketahui kaitan antara
pentingnya sarana dan prasarana dengan layanan khusus di sekolah. Suatu layanan
khusus tanpa didukung oleh sarana dan prasarana maka pelayanan yang diberikan
tidak akan maksimal karena tidak ada fasilitas yang mendukung. Sebagian besar
layanan khusus memerlukan tempat dan peralatan dalam memberikan pelayanannya
kepada peserta didik. Sebagai contoh pelayanan perpustakaan. Pelayanan
perpustakaan ini memerlukan tempat yang berupa ruang perpustakaan serta
memerlukan perabot dan peralatan seperti rak, buku, alamari dan lain-lain untuk
melakukan kegiatan pelayanan kepada peserta didik. Begitu juga dengan
layanan-layanan yang lainnya.
Salah
satu contoh dari prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan dalam
proses belajar mengajar adalah ruang laboratorium. Ruang laboratorium ini
merupakan ruangan yang digunakan dalam memberikan layanan khusus yaitu layanan
laboratorium peserta didik. Jadi dapat disimpulkan bahwa layanan khusus
memerlukan sarana dan prasarana untuk memperlancar dan mengefektifkan pemberian
layanan kepada peserta didik.
Penutup
Berdasarkan
pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Manajemen adalah suatu proses
penataan dengan melibatkan sumber-sumber potensial baik yang bersifat manusia
maupun non manusia dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Sedangkan Manajemen pendidikan adalah suatu proses penataan kelembagaan
pendidikan dengan melibatkan sumber-sumber potensial, baik yang bersifat
manusia maupun yang bersifat non manusia dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan yang efektif dan efisien.
Manajemen
layanan khusus di sekolah pada dasarnya di tetapkan dan di organisasikan untuk
mempermudah atau memperlancar pembelajaran, serta dapat memenuhi kebutuhan
khusus siswa di sekolah. Jenis-jenis layanan khusus di sekolah antara lain
layanan perpustakaan peserta didik, layanan kesehatan peserta didik, layanan
bimbingan dan konseling, layanan kafentaria peserta didik, layanan laboratorium
peserta didik, layanan koperasi peserta didik dan layanan keamanan peserta didik.
Sarana
pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara
langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana
pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung
menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Kaitan antara manajemen
layanan khusus dengan saran dan prasarana adalah layanan khusus memerlukan
sarana dan prasarana untuk memperlancar dan mengefektifkan pemberian layanan
kepada peserta didik
Daftar Rujukan
Asmani, Jamal Ma’mur. 2009.
Manajemen Pengelolaan dan Kepemimpinan
Pendidikan Profesional.
Yogyakarta: Diva Press.
Bafadal, Ibrahim. 2003.
Manajemen Perlengkapan Sekolah. Jakarta:
Bumi Aksara.
Imron, Ali. 1985.
Peranan Guru dalam Administrasi Pendidikan di sekolah.
Malang: OPF IKIP Malang.
Imron, Ali. 1995.
Manajemen Peserta Didik Di Sekolah. Malang: IKIP
Malang.
Kusmintardjo. 1992.
Pengelolaan Layanan Khusus di Sekolah (Jilid I).
Malang: IKIP Malang.
Mulyasa, E. 2007.
Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung:
Rosda Karya.
Pidarta, Made. 1988.
Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT.
Bina Aksara.
Sukiswa, Iwa. 1986.
Dasar-Dasar Umum Manajemen Pendidikan. Bandung:
PT. Tarsito.
Tim Pakar Manajemen Pendidikan. 2003.
Manajemen Pendidikan. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Tim Pakar Manajemen Pendidikan. 2004.
Perseptif Manajemen Pendidikan
Berbasis Sekolah. Malang: Universitas Negeri Malang